Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam melarang umatnya dari perbuatan membakar dirinya. Beliau menyebutkan orang ini sebagai, “Seperti lentera yang menerangi manusia tapi membakar dirinya sendiri.” Siapakah mereka yang disebutkan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Imam ath-Thabrani ini?
Mereka adalah orang-orang yang mengajarkan kebaikan, tapi justru lupa, lalai, abai, dan enggan melakukannya. “Perumpamaan orang-orang yang mengajarkan kebaikan kepada manusia sedangkan ia melupakan dirinya sendiri,” demikian sabda Nabi Shallallahu ‘alaihi wa Sallam, “seperti lentera yang menerangi manusia tapi membakar dirinya sendiri.”
Mereka sibuk dengan dakwah. Hari-harinya habis untuk memperbaiki tetangga, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Namun, mereka luput dari menjalankan semua kebaikan yang mereka dakwahkan itu. Bahkan, selain melupakannya dari diri, ia juga melupakan kebaikan-kebaikan itu untuk keluarganya atau manusia lainnya.
Alhasil, sepanjang hari, mereka sibuk di luar. Sibuk berceramah, sampaikan kebaikan, mengunjungi banyak orang, dan aneka seruan-seruan kebajikan lainnya. Tetapi, saat sendiri, mereka justru melakukan amalan-amalan yang bertolak belakang dengan apa yang diserukannya.
Maka mereka adalah sosok yang berjudi, berzina, mabuk, maksiat, meninggalkan shalat, enggan bersedekah, tidak memenuhi hak orang lain, dan sebagainya; namun mereka memerintahkan kepada orang-orang untuk haramkan judi, tinggalkan zina, jauhi maksiat, rajin mendirikan shalat, senantiasa bersedekah, selalu menunaikan hak orang lain, dan lain sebagainya.
Mereka lupa, mungkin. Bahwa setiap perbuatan akan dimintai pertanggungjawabannya. Dan mungkin lagi, mereka memang lupa; bahwa Allah Ta’ala akan berikaan kemurkaan-Nya kepada siapa yang mengatakan kebaikan, tetapi tidak melakukannya.
Ini persis seperti yang dilakukan oleh orang-orang Ahli Kitab. Mereka menyeru orang lain untuk beriman, tetapi dirinya kafir. Mereka ajak orang lain untuk lakukan kebaikan, tetapi dirinya sibuk dengan keburukan dan semua proyek untuk memasarkan keburukan itu.
Karenanya, yang terbaik adalah apa yang dilakukan oleh orang-orang beriman. Mereka sibuk melakukan kebaikan, dan mengajak keluarga serta orang lain untuk turut melakukannya. Mereka merasa tak sempurna, sehingga senantiasa memperbaiki kualitas diri beserta amalnya. Bersamaan dengan itu, mereka pun mengajak orang lain untuk melakukannya. Bukankah doa orang yang terzalimi tak ada hijab antara dia dengan Allah Swt?
Semoga kita termasuk bagian dari orang-orang yang beriman dengan amal saleh dan mengajak orang lain kepada kebaikan, dan terhindar sejauh-jauhnya dari membakar diri sendiri; sebab mendakwahkan kebaikan, tapi tidak menjalankan apa yang didakwahkan itu. Justru, mengingkarinya. Aamiin