10 Strategi Pembelajaran Inovatif Untuk Pedagogi Modern

printed sticky notes glued on board

  1. Pembelajaran Crossover

Pembelajaran dalam suasana informal, seperti museum dan klub setelah sekolah, dapat menghubungkan konten pendidikan dengan masalah yang penting bagi pelajar dalam kehidupan mereka. Hubungan ini bekerja di kedua arah. Pembelajaran di sekolah dan perguruan tinggi dapat diperkaya dengan pengalaman dari kehidupan sehari-hari; pembelajaran informal dapat diperdalam dengan menambahkan pertanyaan dan pengetahuan dari kelas. Pengalaman terhubung ini memicu minat dan motivasi lebih lanjut untuk belajar.

Metode yang efektif adalah seorang guru mengajukan dan mendiskusikan suatu pertanyaan di kelas, kemudian peserta didik mengeksplorasi pertanyaan tersebut dalam kunjungan museum atau karyawisata, mengumpulkan foto atau catatan sebagai bukti, kemudian membagikan temuannya kembali ke kelas untuk menghasilkan individu. atau jawaban kelompok.

Pengalaman pembelajaran crossover ini memanfaatkan kekuatan dari kedua lingkungan dan memberi pelajar kesempatan yang otentik dan menarik untuk belajar. Karena pembelajaran terjadi selama seumur hidup, memanfaatkan pengalaman di berbagai pengaturan, peluang yang lebih luas adalah untuk mendukung peserta didik dalam merekam, menghubungkan, mengingat, dan berbagi berbagai peristiwa pembelajaran mereka.

  1. Belajar Melalui Argumentasi

Siswa dapat meningkatkan pemahaman mereka tentang sains dan matematika dengan berdebat dengan cara yang mirip dengan ilmuwan profesional dan ahli matematika. Argumentasi membantu siswa memperhatikan ide-ide yang berlawanan, yang dapat memperdalam pembelajaran mereka. Itu membuat penalaran teknis menjadi publik, untuk dipelajari semua orang. Ini juga memungkinkan siswa untuk menyaring ide dengan orang lain, sehingga mereka belajar bagaimana ilmuwan berpikir dan bekerja sama untuk menetapkan atau menyangkal klaim.

Guru dapat memicu diskusi yang bermakna di kelas dengan mendorong siswa untuk mengajukan pertanyaan terbuka, menyatakan kembali komentar dalam bahasa yang lebih ilmiah, dan mengembangkan serta menggunakan model untuk menyusun penjelasan. Ketika siswa berdebat dengan cara ilmiah, mereka belajar bagaimana bergiliran, mendengarkan secara aktif, dan menanggapi orang lain secara konstruktif. Pengembangan profesional dapat membantu guru untuk mempelajari strategi ini dan mengatasi tantangan, seperti bagaimana berbagi keahlian intelektual mereka dengan siswa dengan tepat.

 

  1. Pembelajaran Insidental

Pembelajaran insidental adalah pembelajaran yang tidak direncanakan atau tidak disengaja. Itu mungkin terjadi saat melakukan aktivitas yang tampaknya tidak terkait dengan apa yang dipelajari. Penelitian awal tentang topik ini membahas bagaimana orang belajar dalam rutinitas sehari-hari mereka di tempat kerja.

Bagi banyak orang, perangkat seluler telah diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari mereka, memberikan banyak peluang untuk pembelajaran insidental yang didukung teknologi. Tidak seperti pendidikan formal, pembelajaran insidental tidak dipimpin oleh seorang guru, juga tidak mengikuti kurikulum terstruktur, atau menghasilkan sertifikasi formal.

Namun, ini dapat memicu refleksi diri dan ini dapat digunakan untuk mendorong peserta didik untuk membayangkan kembali apa yang bisa menjadi fragmen pembelajaran terisolasi sebagai bagian dari perjalanan pembelajaran yang lebih koheren dan jangka panjang.

  1. Pembelajaran Berbasis Konteks

Konteks memungkinkan kita untuk belajar dari pengalaman. Dengan menafsirkan informasi baru dalam konteks di mana dan kapan itu terjadi serta menghubungkannya dengan apa yang telah kita ketahui, kita memahami relevansi dan maknanya. Di ruang kelas atau ruang kuliah, konteksnya biasanya terbatas pada ruang tetap dan waktu terbatas. Di luar kelas, pembelajaran dapat datang dari konteks yang diperkaya seperti mengunjungi situs warisan atau museum, atau tenggelam dalam buku yang bagus.

Kami memiliki kesempatan untuk menciptakan konteks, dengan berinteraksi dengan lingkungan kami, mengadakan percakapan, membuat catatan, dan memodifikasi objek terdekat. Kita juga bisa memahami konteks dengan menjelajahi dunia di sekitar kita, didukung oleh pemandu dan alat pengukur. Oleh karena itu, untuk merancang situs yang efektif untuk pembelajaran, di sekolah, museum, dan situs web, diperlukan pemahaman yang mendalam tentang bagaimana konteks membentuk dan dibentuk oleh proses pembelajaran.

  1. Berpikir Komputasi

Berpikir komputasi adalah pendekatan yang ampuh untuk berpikir dan memecahkan masalah. Ini melibatkan pemecahan masalah besar menjadi masalah yang lebih kecil (penguraian), mengenali bagaimana ini berhubungan dengan masalah yang telah dipecahkan di masa lalu (pengenalan pola), mengesampingkan detail yang tidak penting (abstraksi), mengidentifikasi dan mengembangkan langkah-langkah yang akan diperlukan untuk mencapai solusi (algoritme) dan menyempurnakan langkah-langkah ini (debugging).

Keterampilan berpikir komputasi seperti itu dapat bermanfaat dalam banyak aspek kehidupan, mulai dari menulis resep hingga berbagi hidangan favorit dengan teman, melalui perencanaan liburan atau ekspedisi, hingga mengerahkan tim ilmiah untuk mengatasi tantangan sulit seperti wabah penyakit.

Tujuannya adalah untuk mengajar anak-anak menyusun masalah agar dapat diselesaikan. Berpikir komputasi dapat diajarkan sebagai bagian dari matematika, sains dan seni atau dalam pengaturan lain. Tujuannya bukan hanya untuk mendorong anak-anak menjadi pembuat kode komputer, tetapi juga untuk menguasai seni berpikir yang akan memungkinkan mereka mengatasi tantangan kompleks dalam semua aspek kehidupan mereka.

person in blue long sleeve shirt holding black and white tray

  1. Learning By Doing Science (dengan lab jarak jauh)

Terlibat dengan alat dan praktik ilmiah otentik seperti mengendalikan eksperimen laboratorium jarak jauh atau teleskop dapat membangun keterampilan penyelidikan sains, meningkatkan pemahaman konseptual, dan meningkatkan motivasi. Akses jarak jauh ke peralatan khusus, yang pertama kali dikembangkan untuk ilmuwan dan mahasiswa, kini meluas ke guru dan siswa sekolah. Lab jarak jauh biasanya terdiri dari peralatan atau peralatan, lengan robotik untuk mengoperasikannya, dan kamera yang memberikan pandangan eksperimen saat terungkap.

Sistem lab jarak jauh dapat mengurangi hambatan partisipasi dengan menyediakan antarmuka Web yang ramah pengguna, materi kurikulum, dan pengembangan profesional untuk guru.

Dengan dukungan yang sesuai, akses ke lab jarak jauh dapat memperdalam pemahaman bagi guru dan siswa dengan menawarkan penyelidikan langsung dan peluang untuk observasi langsung yang melengkapi pembelajaran buku teks. Akses ke lab jarak jauh juga dapat menghadirkan pengalaman seperti itu ke dalam kelas sekolah. Misalnya, siswa dapat menggunakan teleskop jauh berkualitas tinggi untuk melakukan pengamatan langit malam selama kelas sains sekolah di siang hari.

  1. Pembelajaran yang Terwujud

Pembelajaran yang diwujudkan melibatkan kesadaran diri dari tubuh yang berinteraksi dengan dunia nyata atau simulasi untuk mendukung proses pembelajaran. Saat mempelajari olahraga baru, gerakan fisik merupakan bagian yang jelas dari proses pembelajaran. Dalam pembelajaran yang diwujudkan, tujuannya adalah agar pikiran dan tubuh bekerja sama sehingga umpan balik dan tindakan fisik memperkuat proses pembelajaran.

Teknologi untuk membantu hal ini termasuk sensor yang dapat dikenakan yang mengumpulkan data fisik dan biologis pribadi, sistem visual yang melacak pergerakan, dan perangkat seluler yang merespons tindakan seperti memiringkan dan gerakan. Pendekatan ini dapat diterapkan pada eksplorasi aspek ilmu fisika seperti gesekan, percepatan, dan gaya, atau untuk menyelidiki situasi simulasi seperti struktur molekul.

Untuk pembelajaran yang lebih umum, proses tindakan fisik menyediakan cara untuk melibatkan peserta didik dalam perasaan saat mereka belajar. Menjadi lebih sadar tentang bagaimana tubuh seseorang berinteraksi dengan dunia juga dapat mendukung pengembangan pendekatan kesadaran untuk belajar dan sejahtera.

  1. Pengajaran Adaptif

Semua pelajar berbeda. Namun, sebagian besar presentasi dan materi pendidikan sama untuk semua. Ini menciptakan masalah belajar, dengan membebani pelajar untuk mencari cara bagaimana terlibat dengan konten. Ini berarti bahwa beberapa pelajar akan bosan, yang lain akan tersesat, dan sangat sedikit yang mungkin menemukan jalur melalui konten yang menghasilkan pembelajaran yang optimal. Pengajaran adaptif menawarkan solusi untuk masalah ini. Ini menggunakan data tentang pembelajaran pelajar sebelumnya dan saat ini untuk membuat jalur yang dipersonalisasi melalui konten pendidikan.

Sistem pengajaran adaptif merekomendasikan tempat terbaik untuk memulai konten baru dan kapan harus mengulas konten lama. Mereka juga menyediakan berbagai alat untuk memantau kemajuan seseorang. Mereka membangun praktik pembelajaran yang sudah berlangsung lama, seperti membaca buku teks, dan menambahkan lapisan dukungan yang dipandu komputer.

Data seperti waktu yang dihabiskan untuk membaca dan skor penilaian diri dapat menjadi dasar untuk membimbing setiap pelajar melalui materi pendidikan. Pengajaran adaptif dapat diterapkan pada kegiatan kelas atau dalam lingkungan online di mana pelajar mengontrol kecepatan belajar mereka sendiri.

  1. Analisis Emosi

Metode pelacakan mata dan pengenalan wajah otomatis dapat menganalisis cara siswa belajar, kemudian merespons keadaan emosional dan kognitif mereka secara berbeda. Aspek kognitif khas dari pembelajaran termasuk apakah siswa telah menjawab pertanyaan dan bagaimana mereka menjelaskan pengetahuan mereka. Aspek non-kognitif mencakup apakah seorang siswa frustrasi, bingung, atau teralihkan.

Secara lebih umum, siswa memiliki pola pikir (seperti melihat otak mereka sebagai tetap atau dapat ditempa), strategi (seperti merenungkan pembelajaran, mencari bantuan dan merencanakan cara belajar), dan kualitas keterlibatan (seperti keuletan) yang sangat mempengaruhi cara mereka belajar. .

Untuk pengajaran di kelas, pendekatan yang menjanjikan adalah menggabungkan sistem berbasis komputer untuk bimbingan kognitif dengan keahlian guru manusia dalam menanggapi emosi dan disposisi siswa, sehingga pengajaran dapat menjadi lebih responsif terhadap seluruh anak dan peserta didik.

black iphone 4 with red and white flag

  1. Penilaian Stealth

Pengumpulan data otomatis yang berlangsung di latar belakang saat siswa bekerja dengan lingkungan digital yang kaya dapat diterapkan pada penilaian proses pembelajaran mereka yang ‘diam-diam’ dan tidak mengganggu.

Penilaian stealth meminjam teknik dari game role-playing online seperti World of Warcraft, di mana sistem terus mengumpulkan data tentang tindakan pemain, membuat kesimpulan tentang tujuan dan strategi mereka untuk menghadirkan tantangan baru yang sesuai. Ide untuk memasukkan penilaian ke dalam simulasi lingkungan pembelajaran sekarang sedang diperluas ke sekolah, dalam topik seperti sains dan sejarah, serta pendidikan orang dewasa.

Klaimnya adalah bahwa penilaian siluman dapat menguji aspek pembelajaran yang sulit diukur seperti ketekunan, kreativitas, dan pemikiran strategis. Itu juga dapat mengumpulkan informasi tentang status dan proses belajar siswa tanpa meminta mereka untuk berhenti dan mengikuti ujian. Pada prinsipnya, teknik penilaian diam-diam dapat memberikan data berkelanjutan kepada guru tentang bagaimana kemajuan setiap pelajar.

Sumber: https://www.teachthought.com/the-future-of-learning/10-innovative-learning-strategies-for-modern-pedagogy/