Tentang Mimpi
Di sekolah ini, pertama kali saya mencicipi pahit manisnya kehidupan di pesantren. Sebuah replika surga dunia yang menyimpan berjuta kenangan, tempat dimana saya ditempa dan belajar banyak hal. Terutama titik tolak saya untuk memperdalam ilmu agama secara lebih intim bisa dibilang ya dimulai dari sini. Di fase ini juga saya berhasil berhenti merokok dan pacaran 😅. Secara bertahap, mulai lebih serius menata hidup dan impian ke depan.
Sesuai catatan buku mimpi yang masih saya simpan sampai sekarang, saya telah menuliskan impian untuk belajar di Al Azhar saat kelas 7 SMP. Sejak pertama kali masuk, kami memang sudah diajari untuk menuliskan segala impian dan cita-cita di sebuah buku rahasia yang hanya kita dan Allah saja yang tahu. Impian itu terbagi menjadi beberapa kategori sesuai skala prioritas dan jangka waktu tertentu. Mulai dari yang harian, pekanan, bulanan, sampai tahunan. Sehingga, setidaknya kita lebih terarah dalam meniti hidup dan menatap masa depan yang lebih cerah. Tuhan kan sesuai persangkaan hamba-Nya, sebagaimana disebutkan di sebuah hadits qudsi.Setiap malam sebelum tidur, kita eja satu persatu mimpi yang telah kita tuliskan itu dan kita mintakan kepada Allah Swt. Selebihnya, kita imbangi dengan usaha yang maksimal dan doa.
Berani bermimpi itu penting lo. Sebab ruang optimisme itu perlu dimunculkan terlebih dahulu sebelum menjemput asa yang diimpikan. Ibarat lomba lari, kepercayaan diri itu harus dipupuk dan dimunculkan selalu. Ini sebagai sebuah cara untuk menyemangati dan memotivasi diri sendiri. Di samping itu juga dibarengi dengan latihan secara kontinyu dan usaha penunjang lainnya seperti menjaga pola makan dan gizi secara teratur. Sehingga antara peran usaha dan takdir itu akan bertemu di sebuah persimpangan yang tepat. Setiap asa pasti akan menemukan momentumnya masing-masing.
Kembali ke yang tadi, berbekal curahan doa dari orang tua dan para guru sehingga tulisan itu(impian belajar di Al Azhar) mewujud menjadi sebuah kenyataan, sekaligus sebuah amanah dan kepercayaan dari-Nya. Dan tiga tahun yang lalu saya bulati nomor mimpi itu di antara ratusan impian lainnya, tanda bahwa telah tercapai sebagaimana yang Bu Baiti ajarkan dulu. “Kalau suatu saat ada sebuah mimpi yang terwujud, bulatilah nomor mimpi tersebut dengan pena. Bersyukurlah dan pujilah Allah atas kemurahan-Nya, mimpimu tercapai dan kamu punya kenangan indah”, dawuhnya kala itu.
Puji syukur kepada Allah, Tuhan Yang Maha Mampu dan Memampukan, ditakdirkan pernah menjadi bagian dari keluarga besar

Smpit Darul Fikri Bawen

Terima kasih tak terhingga saya haturkan kepada guru-guru tercinta saya. Terima kasih Darul Fikri, rumah tempat para santri merancang mimpi dan merajut harapan. Akan selalu ada sebuah ruangan hati yang tak akan pernah sepi dari kenangan.

Darul Fikri 2013-2015