
Memotivasi siswa untuk menerima dengan antusias adalah salah satu aspek terpenting dari pengajaran matematika dan aspek kritis dari kurikulum apa pun. Guru yang efektif memusatkan perhatian pada siswa yang kurang tertarik serta yang termotivasi. Berikut sembilan teknik — berdasarkan motivasi intrinsik dan ekstrinsik — yang dapat digunakan untuk memotivasi siswa sekolah menengah dalam matematika.
MOTIVASI EKSTRINSIK DAN INTRINSIK
Motivasi ekstrinsik melibatkan penghargaan yang terjadi di luar kendali pelajar. Ini mungkin termasuk penghargaan ekonomi untuk kinerja yang baik, penerimaan rekan kerja atas kinerja yang baik, penghindaran “hukuman” dengan kinerja yang baik, pujian untuk pekerjaan yang baik, dan sebagainya.
Namun, banyak siswa menunjukkan motivasi intrinsik dalam keinginan mereka untuk memahami topik atau konsep (terkait tugas), untuk mengungguli orang lain (terkait ego), atau untuk mengesankan orang lain (terkait sosial). Gol terakhir mengangkangi pagar antara intrinsik dan ekstrinsik.
Dengan konsep dasar ini dalam pikiran, ada teknik khusus yang dapat diperluas, dibumbui, dan disesuaikan dengan kepribadian guru dan, yang terpenting, dibuat sesuai untuk tingkat kemampuan dan lingkungan siswa. Strategi adalah bagian penting untuk diingat — contoh diberikan hanya untuk membantu memahami teknik.
STRATEGI PENINGKATAN MOTIVASI SISWA DALAM MATEMATIKA
1. Menarik perhatian pada kekosongan dalam pengetahuan siswa: Mengungkap kepada siswa celah dalam pemahaman mereka memanfaatkan keinginan mereka untuk belajar lebih banyak. Misalnya, Anda dapat menyajikan beberapa latihan sederhana yang melibatkan situasi yang sudah biasa, diikuti dengan latihan yang melibatkan situasi yang tidak biasa pada topik yang sama. Semakin dramatis Anda mengungkapkan kesenjangan dalam pemahaman, semakin efektif motivasinya.
2. Menunjukkan prestasi berurutan: Berhubungan erat dengan teknik sebelumnya adalah membuat siswa menghargai urutan konsep yang logis. Ini berbeda dengan metode sebelumnya yang bergantung pada keinginan siswa untuk meningkatkan, bukan menyelesaikan, pengetahuan mereka. Salah satu contoh proses sekuensial adalah bagaimana segiempat khusus mengarah dari satu ke yang lain, dari sudut pandang propertinya.
3. Temukan pola: Menyiapkan situasi yang dibuat-buat yang menuntun siswa untuk menemukan pola sering kali dapat sangat memotivasi, karena mereka senang menemukan dan kemudian memiliki ide. Contohnya adalah menjumlahkan angka dari 1 hingga 100. Daripada menjumlahkan angka secara berurutan, siswa menambahkan angka pertama dan terakhir (1 + 100 = 101), lalu angka kedua dan selanjutnya (2 + 99 = 101 ), dan seterusnya. Maka yang harus mereka lakukan untuk mendapatkan jumlah yang dibutuhkan adalah menyelesaikan 50 × 101 = 5.050. Latihan ini akan memberi siswa pengalaman yang mencerahkan dengan efek yang benar-benar bertahan lama. Ada pola-pola yang bisa memotivasi, terutama jika ditemukan oleh siswa — tentu saja dibimbing oleh guru.
4. Sajikan tantangan: Ketika siswa ditantang secara intelektual, mereka bereaksi dengan antusias. Harus berhati-hati dalam memilih tantangan. Masalah (jika itu adalah jenis tantangan) pasti harus mengarah ke pelajaran dan berada dalam jangkauan kemampuan siswa. Perhatian harus diberikan agar tantangan tidak mengurangi pelajaran tetapi malah mengarah padanya.
5. Pikat kelas dengan hasil matematika “gee whiz”: Ada banyak contoh dalam bidang matematika yang seringkali berlawanan dengan intuisi. Ide-ide ini pada dasarnya dapat memotivasi. Misalnya, untuk memotivasi keyakinan dasar pada probabilitas, motivasi yang sangat efektif adalah diskusi kelas tentang masalah ulang tahun yang terkenal, yang memberikan probabilitas pertandingan ulang tahun yang sangat tinggi dalam kelompok yang relatif kecil. Hasilnya yang luar biasa — bahkan luar biasa — akan membuat kelas terpesona.
6. Tunjukkan kegunaan topik: Perkenalkan aplikasi praktis dari minat yang tulus kepada kelas di awal pelajaran. Misalnya, dalam geometri sekolah menengah, seorang siswa dapat diminta untuk mencari diameter sebuah pelat yang semua informasi yang dimilikinya adalah bagian dari pelat yang lebih kecil dari setengah lingkaran. Aplikasi yang dipilih harus singkat dan tidak rumit untuk memotivasi pelajaran daripada mengurangi darinya.
7. Gunakan matematika rekreasional: Motivasi rekreasi melibatkan teka-teki, permainan, paradoks, atau gedung sekolah atau bangunan terdekat lainnya. Selain dipilih untuk keuntungan motivasi spesifik mereka, perangkat ini harus singkat dan sederhana. Eksekusi yang efektif dari teknik ini akan memungkinkan siswa menyelesaikan rekreasi tanpa banyak usaha. Sekali lagi, kesenangan yang dihasilkan contoh rekreasional ini harus ditangani dengan hati-hati, agar tidak mengurangi pelajaran berikutnya.
8. Ceritakan kisah terkait: Kisah peristiwa sejarah (misalnya, kisah tentang bagaimana Carl Friedrich Gauss menambahkan angka dari 1 hingga 100 dalam satu menit ketika dia berusia 10 tahun pada tahun 1787) atau situasi yang dibuat-buat dapat memotivasi siswa. Guru hendaknya tidak terburu-buru saat menceritakan kisah — presentasi yang terburu-buru meminimalkan potensi motivasi strategi.
7. Gunakan matematika rekreasional: Motivasi rekreasi melibatkan teka-teki, permainan, paradoks, atau gedung sekolah atau bangunan terdekat lainnya. Selain dipilih untuk keuntungan motivasi spesifik mereka, perangkat ini harus singkat dan sederhana. Eksekusi yang efektif dari teknik ini akan memungkinkan siswa menyelesaikan rekreasi tanpa banyak usaha. Sekali lagi, kesenangan yang dihasilkan contoh rekreasional ini harus ditangani dengan hati-hati, agar tidak mengurangi pelajaran berikutnya.
8. Ceritakan kisah terkait: Kisah peristiwa sejarah (misalnya, kisah tentang bagaimana Carl Friedrich Gauss menambahkan angka dari 1 hingga 100 dalam satu menit ketika dia berusia 10 tahun pada tahun 1787) atau situasi yang dibuat-buat dapat memotivasi siswa. Guru hendaknya tidak terburu-buru saat menceritakan kisah — presentasi yang terburu-buru meminimalkan potensi motivasi strategi.
9. Libatkan siswa secara aktif dalam membenarkan keingintahuan matematika: Salah satu teknik yang lebih efektif untuk memotivasi siswa adalah dengan meminta mereka untuk membenarkan salah satu dari banyak keingintahuan matematika yang relevan, seperti fakta bahwa ketika jumlah digit sebuah bilangan habis habis 9 , nomor aslinya juga habis dibagi 9. Para siswa harus terbiasa dan nyaman dengan keingintahuan matematika sebelum Anda menantang mereka untuk mempertahankannya.
Guru matematika harus memahami motif dasar yang sudah ada dalam diri peserta didiknya. Guru kemudian dapat memanfaatkan motivasi ini untuk memaksimalkan keterlibatan dan meningkatkan efektivitas proses pengajaran. Memanfaatkan motivasi dan kedekatan siswa dapat mengarah pada pengembangan masalah dan situasi matematika artifisial. Tetapi jika metode seperti itu membangkitkan minat yang tulus pada suatu topik, teknik tersebut benar-benar adil dan diinginkan.
Sumber: https://www.edutopia.org/blog/9-strategies-motivating-students-mathematics-alfred-posamentier