Peribahasa: Lain Hulu Lain Kutu

Kita sudah sering mendengar peribahasa “lain ladang lain belalang” atau “lain lubuk lain ikannya”. Tentunya sudah paham pula maksud dari peribahasa tersebut.

Nah peribahasa yang saya sebut pada judul di atas ini, “lain hulu lain kutu” adalah peribahasa yang saya buat sendiri. Mengambil kosakata Bahasa Sunda, hulu artinya kepala (Sunda kasar). Kutu, ya kutu, makhluk yang sering menjengkelkan di kepala kita. Membuat gatal kepala.

Lalu apa arti peribahasa “lain hulu lain kutu” ini?

1. Peribahasa ini saya maksudkan untuk mewakili keadaan bahwa setiap orang memiliki pemikiran, pendapat, atau gagasannya masing-masing. Lain kepala, lain pemikiran. Beda orang beda pendapat.

2. Peribahasa ini dapat diartikan juga untuk sebuah metafora. Hulu atau kepala dimaksudkan untuk mengganti istilah pemimpin. Jadi maksud dari peribahasa “lain hulu lain kutu” kurang lebih memiliki makna bahwa lain pimpinan lain juga masalah yang dihadapi.

Di setiap pemerintahan, dalam setiap kepemimpinan, baik itu dalam wilayah luas kenegaraan, struktur kepemimpinan daerah, hingga RT/RW, atau lingkup kecil organisasi, akan selalu menghadapi orang-orang yang bertentangan. Secara bahasa kerennya oposisi. Ekstremnya, kutu ini dapat dimaksudkan juga untuk kelompok pengganggu stabilitas kepemimpinan yang sedang berjalan. Entah itu dianggap kelompok kriminal, teroris, atau kelompok-kelompok oposisi lainnya. (republika)