Disiplin Positif Untuk Generasi Da'i

Dunia pendidikan hari ini tak lepas dari warta yang membuat orang tua prihatin dan mengelus dada. Cukup banyak kasus yang terjadi menimpa putera-puteri mereka saat berada di sekolah. peristiwa yang tidak diinginkan oleh semua orang tua tersebut tentu saja tidak sejalan dengan tujuan pendidikan dan atau justru bahkan bertolak belakang dengan tujuan pendidikan. Tidak ada salahnya jika hari ini orang tua merasa galau dan risau untuk memilih mempercayakan putera-puteri mereka kepada institusi pendidikan yang tepat, menuju pada visi pendidikan dan aman bagi perkembangan putera-puterinya.

Perilaku-perilaku yang menghantui peserta didik antara lain berupa perundungan, kekerasan seksual, dan intoleransi. Hal tersebut tidak pantas muncul dan berkembang pada sebuah institusi pendidikan, baik yang melibatkan pendidik dengan peserta didik, maupun antar peserta didik. Akibatnya adalah dampak buruk dan atau negatif bagi mereka yang mengalaminya, sehingga muncul ketidakpercayaan kepada sekolah karena tidak lagi aman bagi peserta didiknya.

Penyebab perilaku buruk di atas antara lain karena rendahnya empati, hati nurani, dan kontrol diri. Ada hal yang belum tepat dalam membina dan mendidik terhadap peserta didik. Anak cenderung menjadi pelaku dan korban kekerasan termasuk perundungan, kekerasan seksual dan intoleransi. Perilaku keseharian anak butuh dipantau dan menjadi perhatian yang tidak boleh dikesampingkan. Pendidik bersama orang tua butuh bekerjasama dalam memberikan pengaruh positif untuk kebaikan perilaku anak dengan melibatkan lingkungan.

Siklus dan budaya kekerasan akan menjadi seperti lingkatan setan yang sulit ditemukan ujung pangkalnya jika tidak dilakukan penanganan yang tepat. Lalu bagaimana cara yang tepat dalam merespon perilaku peserta didik sehingga memberi pengaruh yang membaikkan? Salah satu alternatif yang bisa dilakukan adalah dengan menerapkan disiplin positif. Pendekatan ini akan memampukan anak untuk memahami dan mengontrol perilakunya dengan kesadaran, bertanggungjawab atas tindakannya sebagai bentuk menghormati dirinya dan orang lain.

Untuk menumbuhkembangkan pemikiran dan perilaku positif sepanjang hidupnya membutuhkan lingkungan yang kondusif dan terpantau secara sistematis. Sistem boarding school dan atau pondok pesantren menjadi salah satu alternatif yang tepat untuk menjadi ekosistem menumbuhkembangkan disiplin positif. Didukung dengan kerjasama dan komunikasi yang intensif antara pendidik dan orang tua dengan memperhatikan berbagai latar belakang peserta didik di institusinya. Tidak lupa melibatkan lingkungan yang pengaruhnya terhadap peserta didik tidak kalah besar juga.

Pendekatan disiplin positif ini memerlukan trust and care, dan ada 4 komponen penting yang harus dipenuhi:

1) Tahu, kenal, dan paham perkembangan anak

2) Memahami perilaku tidak tepat anak dari sudut pandang baru

3) Menerapkan konsekuensi logis yang berfokus pada solusi

4) Memberikan penguatan dan dorongan positif kepada anak

Bentuk penerapan disiplin positif meliputi:

1) Untuk diri sendiri: membaikkan persepsi diri & cara untuk anak, menjadikan diri sendiri sebagai contoh baik kepada anak, serta membiaskan kepada orang lain.

2) Rumah/keluarga: terintegrasi pada pola relasi orang tua-anak/kakak-adik, pengasuhan positif secara holistik dalam keluarga/rumah.

3) Sekolah: terintegrasi pada proses belajar di kelas, gerakan disiplin positif di satuan pendidikan.

4) Lingkungan masyarakat: pengembangan lingkungan yang ramah anak, sistem & kebijakan lingkungan yang melayakan anak.